“Si Kerudung Abu-Abu (6)”

Duhai kamu yang berkerudung abu-abu, hendak ke mana kamu pergi? Mengapa hanya lambaian jejak-jejak langkahmu yang menjawab seruan rinduku? Lelahkah kamu menunggu, ataukah aku yang tak tahu malu?

Duhai kamu yang berkerudung abu-abu, pergilah bila memang Tuhan menuntunmu begitu. Barangkali takdir kita memang hanya untuk sekadar bertemu, tak lebih dari itu. Terima kasih pernah menunggu. Maafkan diriku karena tak tahu malu.

Si Kerudung Abu-Abu (6)

Jakarta, 18 Agustus 2017

“10 tahun jagain jodoh orang lain,” katanya.

“Menerima bahwa mencintai adalah memberi tanpa ekspektasi.”

w644

gambar diambil dari Line Today, judul artikel “Sedih! 10 Tahun Pacaran, Tapi Akhirnya Nikah Sama Orang Lain, Postingan Pria Ini Nyesek”

Beberapa waktu ke belakang, aku awalnya cukup tergelitik dengan suatu fenomena yang membanjiri berbagai lini masa sosial media: seorang laki-laki yang mengunggah foto dengan mantan pacarnya yang sebelumnya telah berpacaran selama lebih kurang 10 tahun diakhiri dengan gambar terakhir di pelaminan, dengan mantan pacarnya itu menikah dengan laki-laki lain. Beragam sekali tanggapan warganet, dari yang menuturkan rasa kasihan hingga mengolok-olok seperti, “10 tahun jagain jodoh orang lain.”

Ya, awalnya aku tergelitik. Namun kemudian, fenomena itu menjadi refleksi tersendiri bagi diriku pribadi, selain memang ihwal sepasang hati anak Adam tak akan pernah habis untuk menjadi bahan bincangan. Beberapa tahun lalu, aku pernah berjanji untuk tak akan pernah mau lagi menjalani hubungan semacam pacaran. aku sendiri lupa, ilham apa yang secara langsung menjadi titik balik dalam hidupku hingga pemikiran itu mewujud. Alhamdulillah, janji itu masih bisa aku pegang hingga saat ini. Berat memang, tetapi bagian mana yang mudah dari setiap kisah hijrah?

Baca lebih lanjut